Rabu, 23 November 2011

5 Momok Selama Hamil

Rasa khawatir memang begitu akrab dengan ibu hamil. Tapi, jangan sampai kekhawatiran itu berubah jadi paranoia.

Ketidaktahuan mengenai apa yang akan terjadi pada minggu-minggu mendatang selama kehamilan memang memicu rasa takut dalam diri Anda. Begitu takutnya, bisa jadi Anda tiba-tiba saja jadi super rajin menemani suami menonton tayangan langsung pertandingan sepakbola. Atau, mata Anda tak kunjung terpejam meski jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari.
Berikut lima ketakutan yang paling sering dialami ibu selama hamil. Dengan mengenali simptomnya, solusinya pun jadi lebih mudah.

1. Takut menghadapi persalinan
Rasa takut yang satu ini ternyata menduduki peringkat teratas. Bukan
cuma ibu yang baru pertama kali melahirkan saja, tetapi juga mereka yang sudah berpengalaman.
Tak perlu lari dari kenyataan. Anda ‘kan bukan burung kasuari yang punya hobi mengubur dalam-dalam kepala di lubang tanah. Sebaliknya, cari tahu dan pelajari mekanisme proses persalinan. Caranya:
• Banyak-banyaklah membaca buku.
• Ikuti kelas prenatal di rumah sakit bersalin pilihan Anda.
• Biar tambah mantap, boleh juga Anda melakukan tour keliling rumah sakit. Hitung-hitung Anda belajar mengenali suasana tempat bersalin kelak.
• Tutup kuping rapat-rapat terhadap pengalaman persalinan teman atau famili yang seram-seram.

2. “Sehatkah janinku? Atau, cacat?”
Jangan khawatir, ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya setelah si kecil lahir. Anda ‘kan sudah melihat wujud aslinya, menghitung sendiri jumlah jari tangan dan kakinya, serta mendapat pernyataan dari dokter kalau bayi Anda sehat dan normal.
Untuk menenangkan perasaan Anda sekarang, sekaligus supaya Anda tidak ketakutan terus-menerus, lebih baik minta saja saran dokter kandungan tentang hal-hal yang perlu Anda lakukan sesuai kondisi si kecil. Misalnya saja, makanan apa saja yang sebaiknya Anda konsumsi, olahraga apa yang boleh dan tidak boleh Anda lakukan, dan sebagainya. Dengan begitu, Anda jadi makin percaya diri.

3. Takut tak mampu jadi ibu yang baik
Ketakutan ini sebenarnya sah-sah saja, karena Anda memang belum punya pengalaman jadi ibu. Atau, mungkin Anda merasa tidak bahagia sebagai anak lantaran ayah Anda galak, misalnya. Bisa jadi, latar belakang keluarga Anda kebetulan berakhir dengan perceraian dan Anda tidak merasa nyaman denagn hal itu. Jadi, wajar-wajar saja kalau terselip rasa was-was bahwa “sejarah” akan terulang kembali.
Nah, mumpung saat ini Anda punya kesempatan untuk belajar jadi ibu, galilah semua potensi yang ada di dalam diri Anda. Dengan begitu, Anda bisa jadi ibu yang apa adanya. Maksudnya, jadi ibu yang sesuai dengan kemampuan Anda.
Percayalah, secara alami perkembangan si kecil akan berproses sejalan dengan bertambahnya kemampuan Anda dalam mengajari berbagai hal, sesuai tahap usianya. Alam memang sudah merancang kalau setiap wanita pasti mampu menjadi ibu yang paling pas bagi anaknya. Sambil terus belajar, jalani dan nikmati saja peran Anda sebagai ibu dengan bekal naluri keibuan yang sudah Anda miliki sebelumnya.

4. Takut terhadap bayi
Ini bukan ketakutan yang mengada-ada, karena memang ada sebagian ibu yang belum-belum sudah takut terhadap bayinya. Coba periksa diri Anda lagi. Apa sumber masalah yang sebenarnya? Jangan-jangan ini karena Anda ketakutan akan kehilangan waktu untuk diri sendiri karena harus merawat bayi.
Jangan-jangan nanti nggak bisa gaul dengan teman-teman lagi? Jangan-jangan nanti kecapekan, karena bayi bangun terus waktu malam? Serta masih banyak “jangan-jangan“ lainnya, yang menggambarkan kekhawatiran Anda membagi waktu dan perhatian antara mengurus bayi dan waktu untuk diri sendiri.
Solusinya mudah. Buat prioritas sesuai kebutuhan Anda. Tak bisa dihindari, pasti sebagian besar waktu Anda bakal tersita untuk bayi. Tapi, sejalan dengan bertambahnya usia bayi, ia makin tak tergantung pada Anda. Artinya, Anda bisa gaul lagi. Yang penting, nikmati saja setiap waktu bersama si kecil, karena hal ini hanya “sebentar“ dan tak akan terulang lagi.

5. Takut tidak adil mencintai
Ini dialami oleh ibu hamil yang sedang menanti-nantikan kehadiran anak kedua. Tak usah buang-buang waktu untuk memikirkan apakah Anda bisa mencintainya sama seperti anak pertama. Ingat, cinta itu buta!
Memang, pada awalnya si kakak mungkin saja akan lebih banyak menyedot perhatian ketika Anda sedang asyik-asyiknya menyusui bayi baru Anda. Tapi, percayalah. Lama-kelamaan Anda akan jatuh cinta juga pada si kecil. Apalagi, Anda ‘kan sudah menatap mata mungilnya begitu lahir.
Berilah pengertian dan contoh pada si sulung tentang beberapa hal utama yang akan terjadi ketika sang adik lahir. Khususnya, pada bulan-bulan pertama. Misalnya, adik hanya bisa makan dan minum susu pada Anda saja. Kalaupun ingin membantu, biarkan kakak yang kebagian tugas untuk mengambil bantal penyangga tubuh adiknya ketika disusui.

Nah, selamat menjalani kehamilan dengan nyaman dan tenang!
Sri Lestariningsih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar