Jumat, 25 November 2011

Optimis Atasi Kehamilan Berisiko

Kehamilan Anda berisiko? Tak perlu khawatir! Bersikaplah optimis agar terhindar dari masalah kesehatan.

Bagaimana seorang calon ibu memandang hidupnya, ternyata dapat mempengaruhi kesehatan dan kehamilannya. Demikian ungkap studi yang dilakukan oleh Asosiasi Psikolog Amerika baru-baru ini.

Optimisme vs berat badan lahir rendah

Psikolog Marci Lobel, Ph.D , melakukan studi terhadap 129 ibu hamil berusia 20 hingga 43 tahun. Para ibu hamil ini dinyatakan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan melahirkan secara dini ( preterm birth ).

Para ibu hamil tersebut dinyatakan memiliki kehamilan berisiko karena punya riwayat kondisi kesehatan dengan penyakit kronis, seperti hipertensi dan diabetes. Selain itu, di antara mereka juga ada yang pernah memiliki masalah medis seperti keguguran atau komplikasi pada kehamilan sebelumnya, misalnya perdarahan dan gejala keracunan kehamilan ( pre-eklampsia ).

Penelitian dilakukan dengan wawancara. Para responden ditanyai dan diminta menjawab sejauh mana mereka setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pertanyaan seperti, “Saya selalu melihat sisi positif dari sebuah kejadian,” atau “Saya selalu berharap yang terbaik,” atau “Saya selalu berharap semua terjadi sesuai keinginan saya.”

Setelah jawaban dikumpulkan, dihitung skornya dan diamati. Ternyata, ibu-ibu hamil dengan skor tertinggi, lebih kecil kemungkinannya melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan melahirkan secara dini.

Bersikap optimis dapat dipelajari

“Pada akhirnya terbukti bahwa ibu-ibu hamil yang paling rendah skornya, atau paling pesimis, akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah,” jelas Dr. Lobel.

Meskipun ibu hamil yang kurang optimis juga dilaporkan lebih stres selama hamil, namun unsur stres bukanlah sumber masalah dalam hal ini. Sikap hidup ibu hamil dan perilaku kesehatannyalah yang menjadi faktor utama dalam mempengaruhi outcome persalinan mereka. “Semakin optimis si calon ibu, semakin besar kemungkinannya melahirkan anak-anak yang sehat dan terhindar dari risiko kehamilan dan persalinan,” lanjut Dr. Lobel.

Sementara itu, dalam penelitian lain ditemukan bahwa sikap optimis dapat dipelajari. Caranya, pikirlah positif dan miliki harapan yang positif pula. Kedua hal ini dapat mengatasi stres selama hamil secara efektif. Jadi para ibu hamil, belajarlah membangun harapan-harapan positif serta cara memecahkan masalah, karena hal ini menjadi sebuah intervensi (tindakan) mengatasi risiko kehamilan dan masalah-masalah persalinan.

Andi Maerzyda A. D. Th.